4 Klasifikasi Tunanetra Berdasarkan  Kelainan dan Waktu Terjadinya

Diposting pada

Gatrailmu.com. Istilah tunanetra ternyata merujuk bukan hanya untuk orang yang sama sekali tidak bisa melihat, tapi juga bagi orang yang mengalami gangguan penglihatan dengan ukuran tertentu.

Tunanetra berasal dari kata ”tuna” yang artinya rusak dan “netra” yang berarti mata, Penyandang tunanetra artinya mereka yang tidak dapat memfungsikan indra penglihatannya dengan baik .

Menurut Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI : 2004) mendefinisikan bahwa tunanetra adalah Mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) sampai dengan mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun sudah dibantu dengan kacamata (kurang awas/kurang lihat).

Penyandang tunanetra ini mengalami kerusakan atau hambatan pada organ mata. Meskipun  telah dikoreksi dengan alat lensa atau cahaya, mereka tetap membutuhkan alat bantu untuk dapat menjalankan aktifitas seperti anak normal lainnya.

Anak Penyandang tunanetra memiliki penglihatan yang tidak memungkinkan mereka menerima pembelajaran dengan baik, sehingga harus mempergunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran anak berkebutuhan khusus.

Karakteristik Anak Penyandang Tunanetra

Ada beberapa karakteristik tunanetra yang umum terjadi, sebagai berikut.

  • Ketajaman penglihatan kurang dari ketajaman yang dimiliki orang lain
  • Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu
  • Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak
  • Terjadi kerusakan susunan saraf otak yang berkaitan dengan penglihatan.

Berikut ini juga merupakan karakteristik dari berbagai aspek  anak yang penyandang tunanetra.

1. Aspek Akademis

Anak-anak berkebutuhan khusus tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus seperti anak normal lainnya, akan tetapi pengalaman-pengalaman tersebut kurang dapat terintegrasikan.

Saat mereka melakukan pembelajaran memiliki kemampuan yang hampir sama dalam hal berhitung, menerima informasi dengan anak normal lainnya. Akan tetapi kurang baik dalam hal pemahaman (comprehension) dan persamaan.

2. Aspek Sosial Pribadi

Keterbatasan anak-anak dengan keterbatasan penglihatan ini, secara tidak langsung akan menyebabkan masalah kepribadian. Anak-anak ini akan lebih sulit membaur seperti anak normal lainnya, karena merasa memiliki kekurangan.

Mereka cenderung kesulitan mengatasi kesulitan dalam mengusai keterampilan sosial, karena keterampilan biasanya mereka dapat memlalui model atau contoh prilaku serta umpan balik melaui penglihatan.

3. Aspek Fisik dan Motorik

Karakteristik fisik  untuk anak  tunanetra kategori ringan akan berbeda dengan anak tunanetra kategori  berat atau buta total.

Kepala anak yang memiliki tunanetra ini cenderung menunduk atau bahkan menengadah, tangan menggantung layu atau kaku, dan tidak berdiri tegak.

Kelainan fisik lainnya bahwa anak tunanetra ini cenderung menunjukan sikap tubuh yang kurang bagus sebagai akibat dari kurangnya pemahaman tentang konsep tubuh.

Klasifikasi Tunanetra

Berikut ini adalah beberapa klasifikasi dari tunanetra pada anak berkebutuhan khusus.

1. Tunanetra Berdasarkan Waktu Terjadinya

a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yaitu kondisi anak tunanetra yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.

b.Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, yaitu kondisi tunanetra yang bisa menangkap kesan-kesan serta pengalaman visual,akan tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja, yaitu kondisi tunanetra dimana mereka sebelumnya telah memiliki kesan-kesan visual dan pengaruh serta pengalam yang tidak dapat dilupakan yang berpengaruh terhadap proses perkembangan pribadi.

d. Tunanetra pada usia dewasa, yaitu kondisi tunanetra dimana secara umum mereka dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.

e. Tunanetra dalam usia lanjut, yaitu sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan

2. Tunanetra Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan

a. Tunanetra ringan (defective vision atau low vision), mereka penyandang tunanetra yang masih dapat mengikuti program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

b. Tunanetra setengah berat (partially sighted), yaitu  mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan. untuk mengatasi anak tunanetra jenis ini dapat menggunakan kaca pembesar.

c. Tunanetra berat (totally blind), yakni  bagi mereka yang sama sekali tidak bisa melihat.

3. Tunanetra Berdasarkan Pemeriksaan Klinis

a. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20º.

b. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

4. Tunanetra Berdasarkan Kelainan pada Mata

a. Myopia

Myopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi mata, dengan kondisi mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada tempat semestinya.

Gejala utama rabun jauh, yaitu kaburnya penglihatan ketika melihat benda-benda yang jauh. Penderita ini dabat terbantu dengan kacamata proyeksi lensa negatif.

Pada umumnya anak-anak mulai merasakan kondisi myopi ini saat usia sekolah hingga mereka menginjak dewasa.

b. Hyperopia

Hyperopia ini orang lebih mengenal dengan sebutan mata jauh atau rabun dekat. Jenis keterbatasan mata ini memiliki bayangan tidak terfokus, dan jatuh tepat di retina.

Penglihatan akan menjadi jelas, jika objek dalam kondisi jauh. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita hyperopia dapat menggunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.

Kebanyakan seseorang yang  menderita hyperopia ini  mewarisi kondisi tersebut, sehingga jika anak mengalami kondisi hyperopia ini, terdapat kemungkinan seseorang dalam keluarga menderita kondisi ini juga.

c. Astigmatisme

Astigmatisme merupakan kelainan penglihatan yaitu berupa mata tidak bisa memfokuskan cahaya secara merata. Kelainan ini pada umumnya lebih dikenal dengan mata silinder.

Kelainan ini sering terjadi sejak lahir dan kerap muncul bersamaan dengan rabun jauh atau rabun dekat, karena terjadi karena bentuk lengkungan kornea atau lensa mata yang tidak seperti seharusnya.

Demikian ulasan mengenai 4 klasifikasi tunanetra berdasarkan kelainan dan waktu terjadinya. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan