Deep Learning Ful-Ful Bukan Sebuah Kurikulum, Begini Penjelasan Lengkapnya

Diposting pada

Gatrailmu.com. Deep Learning Ful-Ful menjadi topik bahasan yang cukup ramai diperbincangkan setelah disebut oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti.

Di dalam upaya membawa sistem pendidikan Indonesia ke arah yang lebih relevan dan adaptif, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Mendikdasmen Abdul Muti baru-baru ini memperkenalkan inovasi terbaru dalam pendekatan pembelajaran, yaitu Deep Learning Ful-Ful. 

Dijelaskan oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti, bahwa Deep Learning Ful-Ful adalah sebuah pendekatan belajar. Beliau membantah kabar yang beredar bahwa Deep Learning Ful-Ful ini akan menjadi pengganti Kurikulum Merdeka, tetapi akan menjadi bagian arah baru pembelajaran Deep Learning itu bukan kurikulum, melainkan sebuah pendekatan belajar. Termasuk Full-Full juga bukan kurikulum.

Mendikdasmen menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan perubahan kurikulum. Kemendikdasmen tengah mengkaji lebih dalam dan mengumpulkan masukan dari banyak pihak terkait Kurikulum Merdeka.

Pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi salah satu pilar penting dalam pendidikan. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya dipaparkan pada banyak materi, tetapi juga diajak untuk benar-benar memahami dan memaknai setiap topik yang dipelajari.

Deep Learning Ful-Ful

Pembelajaran mendalam atau deep learning mulai muncul dan dikenal pada abad ke-21 ini. Deep learning bermanfaat untuk menantang dan memotivasi siswa supaya memahami masalah-masalah di dunia nyata.

Secara lebih luas, deep learning mampu menumbuhkan perasaan yang kuat pada siswa, kreativitas, kemampuan sosial, dan pemahaman akan berbagai nilai. Dengan demikian, tujuan utama dari deep learning ini adalah membuat siswa berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah.

Deep Learning Ful-Ful  memberikan ruang bagi siswa untuk menggali konsep secara mendalam, menghubungkan teori dengan kehidupan nyata, dan memperoleh pemahaman yang lebih kontekstual.

Baca : Naskah Sambutan Ketua Umum PGRI pada Upacara HUT ke-79 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) 2024

Deep Learning Ful-Ful (mindful, meaningful, dan joyful), menurut Abdul Mu’ti, akan menjadi metode yang ringan bagi siswa. Sesuai kepanjangannya, Deep Learning Ful-Ful mengajak siswa belajar secara lebih sadar (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful). Mendikdasmen Abdul Mu’ti pun menyingkatnya menjadi kurikulum ful-ful. Istilah tersebut kemudian meluas ke publik dan menarik rasa penasaran banyak orang

Prinsip Deep Learning Ful-Ful

Konsep Deep Learning Ful-Ful menggabungkan tiga elemen utama, yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning. Nama “Ful-Ful” diambil dari akhiran ketiga istilah tersebut. Elemen-elemen ini dirancang untuk menciptakan suasana belajar yang memberikan pengalaman mendalam bagi siswa.

Pendekatan mindful, meaningful, dan joyful memberi ruang bagi siswa untuk menjadi individu yang inovatif, kreatif, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Siswa tidak lagi terjebak pada pembelajaran berbasis hafalan dan akan didorong untuk menggali pemahaman yang mendalam, mengasah kemampuan berpikir kritis, serta mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang lebih luas.

1. Mindful Learning

Elemen ini menitikberatkan pada pembelajaran yang penuh kesadaran, dengan memperhatikan keunikan dan kebutuhan individu siswa. Contohnya, dalam pelajaran tentang kalor, siswa diajak bereksperimen di laboratorium untuk memahami proses dan manfaat kalor sebagai bentuk energi yang dapat dirasakan secara langsung.

2. Meaningful Learning

Pada elemen ini, siswa didorong untuk memahami alasan serta relevansi materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, materi matematika dijelaskan melalui penerapannya dalam transaksi keuangan.

3. Joyful Learning

Elemen terakhir adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus menggugah pemikiran siswa. Misalnya, menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis permainan atau kuis interaktif.***