Pengertian Peribahasa, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohnya

Diposting pada

Pengertian Peribahasa, Ciri-Ciri, Jenis, dan Contohnya

Gatrailmu.com. Masyarakat Melayu terkenal dengan bentuk kesopanan dan kelembutan dalam menjaga latar bahasa dan agama.

Mereka melakukan percakapan secara tidak langsung untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya  dalam berkomunikasi. Salah satu cara komunikasi dengan percakapan tidak langsung tersebut yaitu menggunakan peribahasa.

Peribahasa merupakan pernyataan emosi melalui ungkapan tersurat, untuk menggambarkan emosi, kecewa atau pernyataan ketidakmampuan.

Baca : Pengertian Idiom, Ciri, Jenis, dan Contohnya

Pengertian Peribahasa

Peribahasa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, peribahasa merupakan suatu kelompok kata atau kalimat yang memiliki makna tertentu yang berisikan kalimat ringkas, berisi tentang perbandingan, nasihat dan tingkah laku manusia.

Kalimat tersebut sering masyarakat gunakan dalam percakapan untuk menasehati, membandingkan, atau menyindir seseorang.

Menurut Wikipedia, peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang mempunyai suatu makna tertentu, atau hal yang mengungkapkan untuk melakukan perbuatan atau hal mengenai diri seseorang.

Peribahasa ini mencakup beberapa jenis peribahasa yaitu ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat/tamsil, semboyan, bidal/pameo.

Peribahasa juga dapat berarti sebagai ungkapan secara tidak langsung, namun ketika menyampaikan kalimat tersirat tersebut, dapat pembaca atau pendengar pahami.

Pengertian peribahasa menurut Kamus Linguistik, peribahasa merupakan sebuah kalimat yang sudah mempunyai bentuk, makna, dan fungsinya dalam suatu masyarakat luas.

Fungsi Peribahasa

Peribahasa tidak cuma sekedar susunan kata-kata yang menarik, padat, dan juga bermakna. Namun, mempunyai beberapa fungsi, terutama fungsi di bidang sosial.

Berikut ini adalah beberapa fungsi peribahasa.

  1. Merupakan identitas seorang kaum ataupun individu.

2.  Membuat percakapan serta bahasa lisan menjadi lebih indah.

  1. Menjadi bentuk kondisi dunia atau juga pengamatan dalam suatu peristiwa.
  2. Dapat menjadi sebagai nasihat.

  3. Pengamatan terhadap dunia dan keadaan.

Ciri-Ciri Peribahasa

Di dalam peribahasa terdapat ciri-ciri  yang membedakan dengan jenis bahasa yang lain, yaitu sebagai berikut..

  1. Struktur susunannya tetap yang memiliki arti kata-kata yang dalam peribahasa sudah pasti dan tidak dapat berubah.
  2. Biasanya  untuk menyindir, memberi nasihat, atau memperindah bahasa.

  3. Kata-kata dalam peribahasa teratur, enak didengar maupun mengucapkannya, dan mempunyai makna.

  4. menciptakan karya ini  berdasarkan pandangan dan perbandingan yang sangat teliti terhadap alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

  5. menciptakan peribahasa dengan ikatan bahasa yang padat dan indah sehingga akan melekat di masyarakat hingga turun temurun

Jenis-jenis Peribahasa

1. Pepatah

Pepatah adalah jenis peribahasa yang mengandung nasehat dari orang-orang tua yang berbentuk seperti kalimat. Biasanya peribahasa ini dapat untuk mematahkan lawan bicara pada saat melakukan debat atau sebagainya.

Contoh :

a. Sepandai-pandainya membungkus, yang busuk akan tercium juga : menyimpan serapat apapun, sesuatu yang tidak baik pasti terungkap juga pada akhirnya.

b. Bayang-bayang sepanjang badan : cita-cita dan keinginan hendaknya haus sesuai dengan kemampuan diri.

c. Seberat-berat badan, namun untung dilupakan jangan : seberat apapun cobaan, janganlah cepat menyerah, karena selalu ada hikmahnya.

d. Belakang parang pun jika diasah akan tajam juga : orang bodoh, asal mau belajar pasti akan menjadi pintar juga.

e. Sehari selembar benang, lama-lama jadilah selembar kain : melakukan suatu pekerjaan  dengan tekun dan sabar, akan memberi hasil yang memuaskan.

f. Seperti menegakkan benang basah : suatu pekerjaan yang mustahil atau sangat sulit.

g. Benih yang baikbtak memilih tanah : orang yang memang bersifat baik, akan tetap baik di manapun ia berada.

h. Berani menjual berani membeli : berani berbuat harus berani bertanggung jawab.

i. Putus benang dapat disambung, putus cinta apalah daya : perasaan sedih karena asmara biasanya akan sulit sembuh.

j. Benang jangan terputus, tepung jangan terserak : menyelesaikan suatu persoalan hendaknya  dengan penuh perhitungan dan kebijaksanaan.

2. Perumpamaan

Perumpamaan merupakan sebuah peribahasa yang berisikan mengenai kata-kata yang dapat diungkapkan dalam sebuah keadaan atau tentang tingkah laku seseorang. Caranya dengan mengambil perbandingan dari alam sekitar.  mengawali kalimatnya dengan kata bagai, bak, seperti dan lain sebagainya.

Contoh

a. Bagai harimau menyembunyikan kuku : orang yang menyembunyikan kelebihannya (kekuatannya).

b. Bagai cacing kepanansan : keluh kesah orang yang mendapat masalah besar (keadaan yang sangat sulit).

c. Bagai batu jatuh ke lubuk : orang yang sudah meninggalkan tempatnya dan tidak mungkin kembali lagi.

d. Seperti biduk dikayuh hilir : menyuruh orang yang hendak pergi.

e. Seperti bunga dadap, sungguh merah, berbau tidak : sesuatu yang tampaknya bak dan indah, tetapi sebenarnya biasa saja.

f. Seperti durian dengan mentimun : lawan yang sangat tidak sebanding, satu pihak sangat kuat sedangkan lawannya sangat lemah.

g. Seperti gunting makan diujung : menyangka tidak ada apa-apa, tiba-tiba melakukan kejahatan.

h. Seperti katak dalam tempurung : menganggap dirinya sangat besar, merasa besar karena tidak mau membandingkan dengan orang lain.

i. Seperti kejatuhan bulan : mendapat keuntungan yang luar biasa.

i. Seperti kucing dengan anjing : orang yang tidak pernah bisa akur atau berdamai.

3. Ibarat/Tamsil

Ibarat atau tamsil merupakan suatu peribahasa yang berupa kalimat kiasan yang sering menggunakan kata ibarat.Tujuan dari Tamsil ini adalah untuk membandingkan suatu perkara atau sebuah hal.

Contoh :

a. Air tenang menghanyutkan  : Orang yang kelihatannya pendiam dan tak berilmu, namun ternyata memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.

b. Air beriak tanda tak dalam : Orang yang banyak bicara biasanya tak berilmu atau tak banyak ilmunya.

c. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga : sifat anak biasanya merupakan sifat turunan dari orangtuanya.

d. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi  : menuntut ilmu harus sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung sehingga hasilnya maksimal.

e. Bagaikan burung di dalam sangkar  : seseorang yang merasa hidupnya terkekang.

f. Tong kosong nyaring bunyinya  : orang yang banyak bicara dan sombong biasanya tak berilmu

g. Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi  : orang tua yang sikapnya seperti anak muda, terutama pada masalah percintaan.

h. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga  : karena kesalahan kecil, segala kebaikan yang telah diperbuat hilang begitu saja.

i. Sakit sama mengaduh, luka sama mengeluh : seia sekata dalam segala keadaan.

j. Baragsiapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya : maksud hati ingin mencelakakan orang lain, tetap dirinya juga yang celaka.

4. Semboyan

Semboyan merupakan sekumpulan kata, kalimat atau bisa juga frasa sebagai pedoman serta prinsip.

Contoh :

a. Badai pasti akan berlalu.

b. Semua pasti ada hikmahnya.

c. Maju terus pantang mundur.

d. Pantang pulang sebelum tumbang.

e. Selama angin masih berhembus, selama itulah aku akan terus melangkah.

f. Salat adalah tiangnya agama.

g. Sekarang atau tidak sama sekali.

h. Lebih baik dianggap bodoh namun sebenarnya pintar dibanding dianggap pintar padahal sebenarnya dia bodoh.

i. Waktu adalah uang.

j. Esa hilang dua terbilang.

5. Bidal/Pameo

Bidal atau bisa disebut dengan pameo merupakan jenis peribahasa yang di dalamnya mengandung ejekan, sindiran, serta juga peringatan.

Contoh :

a, Jika kail panjang sejengkal, lautan dalam jangan juga  : jika belum mempunyai banyak ilmu atau pengalaman jangan mencoba berlawanan dengan orang pandai.

b. Adat periuk berkerak, adat berlesung berdekak : bila seseorang ingin mendapatkan keuntungan dari suatu pekerjaan, hendaknya dia menanggung kesusahan.

c. Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung : segala sesuatu ada tata caranya.

d. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusi : selalu memikirkan urusan orang lain, sedangkan urusan sendiri dia abaikan.

e. Terlajak perahu boleh diundur, terlajak kata buruk padahnya  : berhati-hatilah dalam berucap karena bisa saja menyinggung orang lain.

f. Sesat di hulu jalan, balik ke pangkal jalan  : jika sudah menyadaridengan kesalahannya, hendaknya segera kembali ke jalan yang benar.

g. Jikalau beranak, ikuti kata bidan  : menurutlah kepada orang yang lebih ahli daripada kita.

h. Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah (perbuatan hendaknya mengingat aturan adat dan agama).

i. Adat diisi, lembaga dituang  : melakukan segala sesuatu menurut kebiasaan.

j. Bagai kerakap tumbuh di atas batu, hidup enggan mati tak mau  : hidup dalam kesusahan terus menerus.

Demikian pengertian peribahasa, ciri-ciri, jenis, dan contohnya. Semoga bermanfaat.