Penggunaan Metode Multisensori dalam Belajar Membaca
Tutorilmu.id. Metode multisensori adalah metode yang tersturktur dan berorientasi pada penggunaan alat indera kita.
Fokus pada elemen VAKT (visual, auditori, kinestetik, dan taktil), lalu menggabungkan semua indera ke dalam proses pembelajaran untuk mengaktifkan berbagai bagian otak secara bersamaan.
Metode multisensori dalam pengajaran literasi adalah sebuah proses belajar yang memanfaatkan sensori visual (penglihatan), auditori (pendengaran), kinestetik-taktil (gerakan, perabaan) untuk meningkatkan daya ingat (Falzon, Calleza, & Muscat, 2011).
Ketiga sensori dioptimalkan secara stimultan dan saling mendukung sehingga siswa dapat menyimpan bentuk, kode, dan nama huruf lebih mudah.
Selanjutnya, siswa dibimbing untuk mengaitkan bunyi huruf dengan simbol (bentuk tertulis), meraba, dan menuliskan bentuk hurufnya. Terjadi tiga proses yaitu melihat bentuk huruf, menyebutkan bunyi, dan menuliskannya (Orton & Gillingham, 2000).
Baca : Membaca Cepat : Pengertian, Manfaat, dan Tekniknya
Metode multisensori juga meningkatkan keterlibatan siswa secara langsung karena rangsang yang masuk secara stimulan terhadap sensori visual, audiotori, dan kinestetik tersimpan lebih dalam dan bertahan lebih lama.
Mengembangkan pendekatan multisensori berdasarkan asumsi bahwa setiap anak akan dapat belajar dengan baik jika materi pembelajaran tersaji dalam berbagai modalitas.
Ada dua macam metode mengajar yang menggunakan pendekatan multisensori, yaitu metode dari Fernald dan Gillingham.
Di dalam metode Fernald, melatih anak untuk membaca kata secara utuh, yaitu kata dan cerita yang anak buat sendiri. Sehingga, tidak ada kegiatan memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara menyeluruh.
Tahapan Metode Multisensori
Dilansir dari amongguru.com, metode ini mencakup empat tahapan sebagai berikut:
1. Anak memilih materi atau kata-kata yang akan mereka pelajari, sementara guru menuliskannya dengan huruf besar-besar, selanjutnya anak menelusuri kata dengan jarinya,
2. Anak belajar dengan melihat kata yang guru tulis, mengucapkan, dan menyalinnya
3. Guru tidak lagi menuliskan kata, karena anak belajar membaca dari kata-kata yang sudah tercetak
4. Anak sudah mampu mengenali kata-kata baru dengan membandingkannya dengan kata-kata yang sudah mereka pelajari.
Kemajuannya memang lambat, dan untuk menjaga minat belajar anak, maka anak sendiri yang memilih materi bacaan
Metode Gillingham lebih terstruktur dan berorientasi pada bunyi dan huruf. Setiap huruf diajarkan dengan multisensori. Membuat artu huruf dengan warna berbeda, misalnya hitam untuk konsonan dan putih untuk vokal.
Setiap karu memuat satu huruf dalam bentuk kata kunci beserta gambar. Misalnya menyajikan huruf “b”
melalui kartu bergambar bola dengan tulisan “bola” di bawahnya dan huruf “b” itu sendiri dicetak tebal. Di dalam penerapannya, guru harus banyak menggunakan asosiasi
Langkah Metode Gillingham
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran membaca dengan metode Gillingham sebagai berikut.
1. Menunjukkan kartu huruf kepada anak yang bersangkutan, guru mengucapkan nama hurufnya, sedangkan anak mengulanginya berkali-kali. Jika sudah menguasai, guru menyebutkan bunyinya dan anak mengulangi, sampai pada akhirnya guru bertanya bunyi huruf dalam kartu huruf tersebut.
2. Tanpa menunjukkan kartu huruf, guru mengucapkan bunyi sambil bertanya, huruf apakah yang menghasilkan bunyi tersebut.
3. Secara pelan-pelan, guru menuliskan huruf dan menjelaskan hurufnya. Anak menelusuri huruf dengan jarinya, menyalin, dan menuliskannya di udara, dan menyalinnya tanpa melihat contoh. Pada akhirnya guru memerintahkan anak untuk menulis huruf yang menghasilkan bunyi tertentu.
Proses membaca kata ini sekaligus mengajarkan anak tentang ejaan. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
(1) mengulangi mengucapkan kata;
(2) menyebutkan huruf-hurufnya;
(3) menuliskan huruf-hurufnya; dan
(4) membaca kata hasil tulisan.
Demikian informasi tentang Penggunaan Metode Multisensori dalam Belajar Membaca. Semoga bermanfaat