Relasi Makna dalam Bahasa Indonesia

Diposting pada

Gatrailmu.com. Relasi makna adalah hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi.

Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata), artinya setiap pertautan unsur-unsur bahasa menimbulkan makna tertentu. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan pemakainya sehingga dapat saling mengerti

Relasi makna merupakan salah satu topik yang terdapat di dalam bidang semantik. Di sini, hubungan kata, frasa, bahkan kalimat yang saling berkaitan dapat mencerminkan perluasan, persamaan, pertentangan, dan ketercakupan makna. 

Macam-Macam Relasi Makna

Relasi Makna

Beberapa ahli bahasa mengemukakan tentang jenis-jenis relasi makna. Secara umum hubungan makna terbagi atas beberapa  jenis, sebagai berikut.

1. Homonimi

Terdapat tiga golongan homonimi, yakni homograf, homofon, serta gabungan keduanya yaitu homonim. 

Homograf adalah dua kata dengan ejaan yang sama, tetapi memiliki perbedaan pelafalan (bunyi) dan pemaknaan, misalnya apèl (upacara) dan apêl (buah)

Homofon adalah dua kata yang sama dalam pelafalan, tetapi berbeda secara pengejaan dan pemaknaan, seperti sanksi dan sangsi.

Gabungan homofon dan homograf atau homonim yaitu kata yang sama dalam tulisan dan pelafalann. Contoh tahu sebagai verba ‘mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya)’ dan tahu sebagai nomina ‘makanan dari kedelai putih.

2. Polisemi

Polisemi adalah kata atau frase yang memiliki makna lebih dari satu. Contohnya adalah kata kepala dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna antara lain;

a. bagian tubuh dari leher ke atas;

b. bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala suku, kepala meja, dan kepala kereta api;

c. bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum;

d. pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun;

e. jiwa atau orang seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp 5000,- dan

f. akal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong.

3. Sinonimi dan Antonimi

Sinonim adalah relasi makna dalam kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan arti. Contoh dua kata yang bersinonim adalah betul dan benar, matahari dan surya, serta awan dan mega.

Kebalikan dari sinonim adalah antonim yang relasi maknanya saling bertentangan. Contohnya adalah panas dan dingin, suami dan istri, serta tajam dan tumpul.

4. Hiponim dan Hipernim

Hiponim adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik. Kata ini juga disebut dengan kata khusus, Misalnya, anjing, burung, dan belalang (hiponim), sedangkan kata umumnya (hipernim) adalah binatang.

5. Ambiguitas

Ambiguitas adalah relasi makna ganda atau memiliki makna lebih dari satu. Makna ganda atau ambiguitas ini bisa muncul karena penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.

Contoh pada kalimat kucing makan tikus mati. Penafsiran pada kalimat tersebut bisa kucingnya yang mati, atau tikusnya yang mati. 

6. Redundansi

Redundansi  adalah praktek berlebih-lebihan dalam menggunakan kata atau frase, padahal kalimat tersebut bisa diefektifkan tanpa harus merubah makna. 

Contohnya adalah kalimat Bola ditendang Si Badrih, dengan kalimat Bola ditendang oleh Si Badrih. Penghapusan kata oleh pada kalimat yang pertama ternyata tidak mengurangi maksud dan makna kalimat tersebut.

Dan penggunaan kata oleh pada kalimat kedua itu yang disebut sebagai redundansi, yaitu berlebih-lebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.

7. Meronim

Meronim adalah ’relasi makna yang menunjukkan sifat hierarkis, atau merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan’. Contohnya adalah kata atap bermeronimi dengan kata rumah.

8. Makna Asosiatif

Makna asosiatif berkaitan dengan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi unsur-unsur psikis, pengetahuan dan pengalaman seseorang.

Oleh karena itu, makna asosiatif terutama dikaji bidang psikolinguistik. Makna denotatif villa adalah ’rumah peristirahatan di luar kota’. Selain makna denotatif  itu, bagi kebanyakan orang Indonesia villa juga mengandung makna asosiatif  ’gunung’, ’alam’, ’pedesaan’, ’sungai’, bergantung pada pengalaman seseorang.

9. Makna Afektif

Makna afektif berkaitan dengan perasaan seseorang jika mendengar atau membaca kata tertentu. Perasaan yang muncul dapat positif atau negatif. Kata jujur, rendah hati, dan bijaksana menimbulkan makna afektif yang positif, sedangkan korupsi dan kolusi menimbulkan makna afektif  yang negatif.

10. Makna Etimologis

Makna etimologis berbeda dengan makna leksikal karena berkaitan dengan asal-usul kata dan perubahan makna kata dilihat dari aspek sejarah kata. Contoh kata biografi berasal dari bahasa Yunani, bios (hidup) graphein ( menulis) mempunyai arti riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain.

Demikian ulasan tentang relasi makna dalam Bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.***