4 Kendala Implementasi Kurikulum Merdeka dan Solusinya
Gatrailmu.com. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mengambil kebijakan mengganti kurikulum pendidikan di Indonesia menjadi Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini diberlakukan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah yang mulai tahun 2022.
Sebagai kurikulum yang baru, maka Implementasi Kurikulum Merdeka di beberapa satuan pendidikan juga mengalami beberapa kendala. Hal ini wajar karena untuk bisa diterapkan dengan baik, perlu adapatasi dari semua warga sekolah, terutama guru sebagai ujung tombak pembelajaran. Tidak semua guru bisa beradaptasi dengan cepat terhadap Kurikulum Merdeka, bahkan masih kesulitan membedakannya dengan kurikulum sebelumnya.
Implementasi Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka merupakan salah satu program pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada satuan pendidikan dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lokal, karakteristik peserta didik, dan tantangan global yang dihadapi.
Oleh karena itu, pemerintah memberikan kewenangan dan tanggung jawab penuh kepada semua sekolah untuk membuat kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya mereka. Implementasi Kurikulum Merdeka perlu terus dilakukan satuan pendidikan disesuaikan dengan visi, misi, dan tujuannya.
Implementasi Kurikulum Merdeka sebaiknya diorientasikan pada pengembangan kurikulum satuan pendidikan (KSP) yang telah disusun. Di dalam KSP tersebut, difokuskan pada pengelolaan satuan pendidikan sesuai potensi dan sumber dayanya.
Selain itu, satuan pendidikan juga perlu memberikan fleksibilitas kepada guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Harapannya, peserta didik tidak hanya terbekali dengan pengetahuan saja, akan tetapi mereka juga mendapatkan bekal kompetensi, sikap, keterampilan hidup, dan cara berfikir-bersikap untuk mengantipasi situasi yang dinamis.
Kurikulum dikembangkan untuk memberikan banyak pilihan dalam membentuk karakter peserta didik, menanamkan nilai-nilai Pancasila, menumbuhkan keberanian berfikir kritis, serta kreatif dan inovatif melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Berikut ini adalah beberapa contoh implementasi Kurikulum Merdeka yang dapat diterapkan di satuan pendidikan.
1. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan memperhatikan gaya belajar peserta didik,
2. Pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
3. Pelaksanaan Ekstrakurikuler berbasis kecakapan hidup dan nilai-nilai agama.
4. Penguatan pola pembelajaran religius dengan menjadikan nilai-nilai akhlak dan pemahaman yang moderat sebagai inspirasi cara berfikir, cara bersikap dan bertindak pada proses pembelajaran.
5. Penerapan pembelajaran yang selalu menggunakan nilai-nilai keagamaan.
6. Penerapan asesmen formatf dan sumatif dengan bentuk tes tulis, praktek, penugasan, dan portofolio.
Kendala Implementasi Kurikulum Merdeka
Sebagai sebuah kurikulum baru, maka di dalam penerapannya juga pasti akan mengalami beberapa kendala. Kondisi ini pun dialami oleh beberapa satuan pendidikan yang melaksanakan Kurikulum Merdeka. Berikut ini adalah beberapa kendala yang sering dijumpai dalam Implementasi Kurikulum Mereka .
1. Kurangnya Pemahaman Guru terhadap konsep Kurikulum Merdeka
Kurangnya pemahaman dan persiapan guru menjadi salah satu kendala dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Guru membutuhkan pemahaman yang baik tentang Kurikulum Merdeka, baik dari segi konsep, strategi pembelajaran, hingga penilaian hasil belajar. Kurangnya pemahaman dan persiapan guru dapat menghambat efektivitas implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan.
2. Keterbatasan Sumber Daya
Keterbatasan sumber daya juga menjadi kendala dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan sumber daya yang cukup, termasuk buku-buku teks dan perangkat pembelajaran. Dari sisi guru, masih minimnya pelatihan terkait Kurikulum Merdeka menjadi kendala tersendiri dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
3. Sulitnya Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Kurikulum Merdeka menekankan pada kebutuhan belajar peserta didik. Satu cara pembelajaran berpusat pada peserta didik, yaitu dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu bentuk usaha dalam serangkaian pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta didik dari segi kesiapan belajar, profil belajar peserta didik, minat dan bakatnya. Akan tetapi, penerapan pembelajaran berdiferensiasi masih sulit dilakukan karena jumlah peserta didik yang relatif banyak di tiap kelas.
4. Adaptasi Peserta Didik
Perubahan sikap dan pola pikir peserta didik menjadi kendala tersendiri dalam implementasi Kurikulum Merdeka di. Kurikulum Merdeka juga membutuhkan perubahan sikap dan pola pikir peserta didik, seperti meningkatkan rasa ingin tahu, kemandirian, dan kecerdasan sosial. Perubahan ini tidak terjadi secara instan dan membutuhkan waktu yang cukup untuk diimplementasikan. Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum baru juga membutuhkan adaptasi peserta didik terhadap kebijakan sebelumnya, seperti kurikulum 2013.
Solusi Mengatasi Kendala
Implementasi Kurikulum Merdeka sudah dilaksanakan, tetapi masih mengalami beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut ada yang bersifat teknis dan non teknis. Kendala ini perlu dicarikan solusi, agar implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan lebih optimal. Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, yaitu sebagai berikut.
- Perencanaan
Lakukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, dengan terlebih dahulu membuat persiapan pembelajaran yang matang, dengan cara analisis tujuan awal materi, menyusun CP dan ATP, serta menentukan asesmen yang tepat sesuai materi.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran Kurikulum Merdeka di dalam kelas hendaknya disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum tersebut, yaitu pendekatan holistik dan kontekstual. Guru memperhatikan kebutuhan peserta didik secara individu dan memfasilitasi peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Guru membuka ruang dialog dan diskusi dengan peserta didik untuk memfasilitasi pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan. Guru juga harus mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dan karakter sesuai amanat dalam profil pelajar pancasila ke dalam pembelajaran
- Evaluasi
Di dalam Kurikulum Merdeka, evaluasi memiliki peran penting dalam mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Evaluasi dalam Kurikulum Merdeka tidak hanya sebatas pada penilaian akhir atau ujian, tetapi juga meliputi penilaian formatif dan sumatif yang dilakukan secara berkelanjutan.
Penilaian formatif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dengan tujuan memberikan umpan balik dan bimbingan bagi peserta didik dalam memperbaiki pemahaman dan keterampilan mereka. Penilaian formatif juga membantu guru dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik dan menyesuaikan metode pengajaran yang lebih efektif.
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir proses pembelajaran, seperti ujian akhir semester atau tahun ajaran, dengan tujuan mengukur pencapaian peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Selain itu, di dalam Kurikulum Merdeka, evaluasi juga meliputi aspek pengembangan karakter peserta didik. Evaluasi karakter tidak hanya mengukur aspek kognitif peserta didik, tetapi juga meliputi aspek afektif dan psikomotorik.
Demikian 4 kendala Implementasi Kurikulum Merdeka dan solusinya. Semoga bermanfaat.